Perjalanan


Catatan Kaki:Hisyam Billya Al-Wajdi

Oleh:Hisyam Billya Al-Wajdi

Namaku hisyam billya al-wajdi,sama seperti anak-anak pada umumnya aku menghabiskan masa kecil dengan bermain bola,memancing di kali dan permainan-permainan kolektif lainnya.Aku dilahirkan didaerah dekat pesisir pantai selatan yang secara administratif masuk wilayah kabupaten bantul,kecamatan sanden lebih tepatnya.Semua berjalan normal,hari minggu adalah hari raya bagiku setidaknya sampai usia 10 tahun sebab setelahnya aku lebih prefer ke malam minggu.Hidupku masih berjalan biasa-biasa saja,tak ada gejolak dan bisa dikatakan keluargaku merupakan orang terpandang di dusun sebab saat itu simbahku adalah salah satu pegawai negeri di kementrian agama sementara ayah dan ibuku adalah seorang sarjana yang kala itu bahkan sampai sekarang,ada semacam stereotip yang mengatakan jika seorang sarjana itu pasti orang pintar atau memiliki kapasitas mumpuni.

Saat mengijak usia 3,5 tahun aku masuk kelompok belajar-meski lebih masuk akal dikatakan kelompok bermain,di daerah kurahan,sanden.Sejatinya aku tak ingat betul peristiwa itu maklum aku masih dalam tahap play stage  kalo pakai istilahnya George Herbert mead.Berlanjut ke jenjang berikutnya yakni TK(akronim:taman kanak-kanak) masih dalam satu komplek,aku menjalani jenjang pendidikan tersebut dengan nuansa lain,ada regulasi yang agak mencekik,pelajaranpun di cekokan,ada target tak tertulis bahwa ketika lulus TK minimal harus bisa menulis dan membaca.

Tahun 2006 ketika aku baru beberapa bulan menempuh pendidikan di TK,Tuhan memberiku cobaan,ayahku diambil Nya,ia meninggal sebagai syahid,sebagai korban gempabumi 2006 dan sejak saat itulah ibuku menyandang status sebagai janda dan aku sendiri disebut sebagai anak yatim.Tentu ada perubahan drastis dari segi ekonomi maupun aspek lainya namun yang paling ketara adalah perihal kepribadian.Setidaknya perlu 2 bulan lebih untuk menghilangkan trauma yang merongrong jiwaku,bagaimana tidak aku melihat dengan mata kepala sendiri ketika kepala ayahku tertimpa reruntuhan tembok dan pecah berserak,sudah barang tentu ia meninggal seketika di tempat tapi yang membuat aku bangga adalah ayahku seorang yang berbakti pada orangtua sebab peristiwa naas itu terjadi karena ayaku berusaha menyelamatkan simbah yang masih berada di dalam rumah.Ketika ayahku mencoba masuk ke dalam rumah,ia tersandung dan sialnya reruntuhan tembok atas bagian depan rumah menimpanya,Tuhan sepertinya ingin cepat-cepat membelainya.Namun anehnya simahku sendiri malah fine-fine aja di dalam,meskipun beberapa bulan setelahnya ia menyusul ayahku ke syurga.

Selepas lulus dari TK dan wisuda aku masuk jenjang Sekolah dasar,first impression ku tentang SD adalah gedungnya luas namun tidak ada fasilitas penunjang untuk bermain sebagaimana di TK.Hari pertama masuk SD aku ingat betul jika aku mengalami semacam shock culture,bagaimana tidak kali ini aku menemui wajah-wajah baru dan berasal dari wilayah yang cukup jauh dari rumahku,ada yang dari srigading,mangiran bahkan srandakan which is dalam usia segitu(6 tahun) daerah-daerah tersebut merupakan wilayah terlarang bagiku dalam hal jangkauan bermain,ibuku slalu mewanti-wanti jika bermain jangan sampai ke luar dusun namun anehnya aku sama sekali tak merasa terasing atau terpencil.oiya pada masa SD ini lah aku di sunat(sebuah kewajiban atau tradisi islam aku ngak tau yang jelas impact bagi kesehatan sangatlah nyata).Selain itu dari segi akademik aku termasuk kategori siswa pintar,bagaimana tidak?namaku slalu menghuni peringkat 5 besar,puncaknya saat kelas 3 semester 2 aku ingat bentul namanku tertoreh sebagai peringkat 3 besar sekelas dan bila di bandingkan dengan siswa laki-laki,bisa dibilang aku laki-laki terpintar di kelas.

Singkat cerita aku lulus SD dengan nilai UN yang cukup memuaskan yakni 27,10 nilai segitu yang menghantarkanku ke salah satu SMP terbaik nomor 3 di kabupaten bantul yakni SMPN 1 SANDEN.Pada masa SMP inilah aku mengenal namanya cinta(first love) sebenarnya i’m too shy to say,jadi ada satu perempuan dia teman SD ku dulu dan kita ditakdirkan oleh tuhan untuk berada dalam satu SMP yang sama,dia sangat cantik,tingginya semampai rambutnya hitam legam dan yang paling ku ingat dia punya lesung pipi.Namun kisah cinta ini terhalang,ibuku menikah lagi dan aku dipaksa ikut tinggal di rumah suami barunya di daerah piyungan lebih tepatnya dusun  petir.Ahirnya aku meninggalkan SMPN 1 SANDEN dan hijrah menuju piyungan dan saat itulah pertama kali aku menyadari bahwa sanden bagiku bukan hanya masalah geografis,lebih dari itu ia melibatkan perasaan yang bersama ku ketika sunyi(mengutip pidi bait).

Actually aku tidak tau persis bagaimana profil ayah baruku ini,ada yang bilang dia kyai,ustadz bahkan pemanggku desa,tapi lambat-laun aku menyadari bahwa ia sepertinya memiliki kecakapan dalam hal bahasa arab.Namun itu semua tak membuatku kagum.Ahirnya aku masuk ke sekolah baru namanya SMP PEMBANGUNAN PIYUNGAN sebuah yayasan pendidikan dibawah naungan Nahdatul ulama.Kesan pertama yang aku dapatkan dari SMP ini adalah”nakal” ya nakal,bagaimana tidak hari pertama masuk sekolah aku mendapat bullying kakiku di jegal didepan pintu oleh seorang yang tambangnya mecicil namun anehnya sekarang dia menjadi salah satu teman yang paling berpengaruh dalam hidupku.Ada 2 orang teman dari SMP ini yang kelak membersamaiku menuju tingkat religiusitas tinggi.

Memasuki kelas 8 aku mulai mempunyai banyak teman bahkan sempat pula aku memiliki pacar tapi tak bertahan lama.Mereka itu lah turut mengambar kebahagiaan dalam hatiku,akantetapi pada kelas 8 inilah aku mengalami puncak kenakalan.Dari mulai bolos,mainan motor bahkan minum dan itu semua aku lakukan tanpa rasa bersalah sedikitpun bahkan sampai sekarang aku tidak menyesal melakukan hal-hal tersebut sebab hal itu membuatku bahagia.Bagiku tuhan menyuruh umat manusia melakukan apa saja yang membuat mereka bahagia,mungkin kala itu pemikiranku perihal kebahagiaan masih terlalu sempit tidak seperti sekarang namun yang perlu dijadikan catatan adalah kebahagiaan itu sendiri.Aku sendiri tak pernah meminta ampun kepada Tuhan untuk hal ini sebab sekali lagi aku bahagia atas hal ini,tak ada penyesalan sedikitpun lantas buat apa aku musti mohon ampun atau bertaubat atas hal tersebut,toh kalaupun aku masuk neraka karena hal tersebut aku telah menyiapkan alibi yang cukup kuat untuk menolaknya,setidaknya agar tuhan tau bagaimana pola pikir orang macam aku ini.

Singkat cerita aku naik kelas 9,tentu dengan nilai yang amburadul,akademikku sungguh memprihatinkan,hampir saja aku tidak naik kelas dikarenakan sering bolos.Akantetapi perlu di catat bahwa pada saat kelas 9 inilah aku mengalami revolusi mental dan intelektual secara menyeluruh  dan lagi-lagi hal ini disebabkan cinta(there’s a change in me,I feel I’m not the same kid I used to be).Jadi gini,sebenarnya dia sudah kukenal sejak kelas 8 namun begitu kelas Sembilan aku interested kepadanya,singkat cerita aku ungkapkanlah rasa sukaku dan di tolak dong,sebagai anak muda yang masih dalam masa transisi tentu aku sedikit mengalami kesedihan yang akut tetapi disinilah titik tolaknya,saat itu aku pikir dia menyukai orang lain yang bisa dikatakan lebih pintar dan ganteng diatasku untuk itu entah siapa yang memberi saran,aku mendadak ingin melampuinya dalam hal akademik supaya mendapat semacam achievement yang dapat membuat dia,setidaknya melirik ku.Beruntungnya hal tersebut malah berbalik padaku sgala perangaiku berubah kearah positif,aku mulai belajar,baca buku pelajaran dan menyimak dikelas dan pelan-pelan rangking ku naik dari yang semula 60-an parallel menjadi 30-an,kemudian 20-an lalu 8 dan puncaknya aku mencapai peringkat 6 satu sekolah,bahkan melampui orang yang aku sukai tersebut.

Ahirnya tiba pengumuman UN,sebelum itu aku sudah berusaha keras bersama dua orang temanku,kami belajar tiap malam,tentu sambil ngerokok hahaha tak lupa aku juga ikut bimbel.Aku masih ingat betul saat UN aku sedang tak enak badan alhasil hanya satu mapel yang aku mampu kerjakan dengan kondisi prima dan optimal,lainya wallohualam.Tibalah saat pengumuman,aku mendapat hasil yang menurutku jauh dari kata baik,26,50.Dengan nilai segitu aku kesulitan untuk mendaftar SMA,alhasil aku memilih beberapa SMK di kota jogja dan ternyata belum rezeki.Saudaraku menyarankan aku masuk MAN,pertama kali mendengar kata itu yang ada dibenakku adalah kyai zainul Mustafa dan singkatnya aku berhasil diterima di salah satu MAN terbaik di kabupaten bantul,dimana lagi kalo bukan MAN 3BANTUL,bahkan sampai sekarang aku masih bangga menyebut diri sebagai siswa MAN 3 BANTUL daripada seseorang mahasiswa.

Menjalani pendidikan di MAN 3BANTUL memberiku kenangan tersendiri,bukan!lebih tepatnya banyak kenangan yang sampai detik ini terus mengakar kuat.Di semester pertama kelas 10 aku menjalani semua dengan baik bahkan aku sempat mondok tapi lagi-lagi keluargaku bermasalah,ibuku cerai alhasil aku sempat ngekost beberapa saat sebelum ahirnya memutuskan kembali ke sanden,tapi yang menarik,disemester satu itu pertama kalinya aku mendapat peringkat satu sekelas,aku bahagia bukan main,sempat pula namaku dipanggil kedepan lapangan untuk menerima award bersama peraih peringkat satu lainya.Semester dua pun tak jauh beda,aku mendapat peringkat satu kembali,tapi kali ini aku tak sebegitu glad seperti saat semester satu.Ahirnya aku naik kelas 11,oiya sebelumnya aku mendapat kabar buruk kalo aku bisa ngak naik kelas karena nilai ekstrakulikuler pramukaku D,tetapi karena aku lumayan pintar dan menjadi bahan pembicaraan dikalangan guru-guru ahirnya aku cuma disuruh membeli buku,sebelumnya diahir kelas 10 aku sempet baca-baca buku filsafat,seingatku buku pertama yang ku baca berjudul alam pikiran yunani karya Muhammad Hatta,buku itulah yang mengilhami ketertarikanku pada filsafat.

Kembali ke kelas 11,saat itu,selain membaca banyak literature filsafat aku juga mulai kenal yang namanya maiyah,sebuah wadah diskusi keagamanaan yang egaliter dan dinamis.Maiyah ini dipelopori oleh seorang seniman tersohor yaitu Emha Ainun Najib atau yang biasa dikenal Caknun.Lambat laun aku mulai intens ikut maiyahan,jika dikalkulasi hampir 10 kali dalam sebulan aku ikut maiyahan dan hal inilah yang membuatku sering bolos sekolah kalaupun sekolah biasanya aku akan kurang focus,mengantuk sebab begadang ikut maiyahan.Alhasil nilai akademiku menurun aku tergeser ke peringkat 2,sejak saat itu aku mulai pandai-pandai atur waktu,bagaimana agar maiyahanku tetap intens tapi sekolahku juga ngak terbengkalai.Salah satu strategi yang kulakukan adalah belajar disaat maiyahan,jadi dalam maiyah itu biasanya aja jeda waktu,seringnya digunakan untuk hiburan kelakar atau musik kyai kanjeng nah saat  itulah kugunakan untuk belajar,pernah pada suatu momen dimana aku besok ujian mapel SKI tapi malamnya aku ikut maiyahan dan aku belajar disana secara tipis-tipis,esoknya aku mengerjakan soal dan ketika hasilnya keluar ternyata nilaiku tertinggi yakni 100.Semester 2 kelas 11 aku kembali bertengger di peringkat 1,dan ketika masuk kelas 12 aku mendapat predikat sebagai raja perpustakaan,maklum saat itu satu-satunya laki-laki yang tiap hari pinjam buku hanya aku.

Kelas 12 aku jalani dengan rutinitas tryout,les dan kertas-kertas soal disamping kenakalan-kenakalan kecil.Aku ingat betul,saat itu aku masuk kategori siswa yang eligble untuk mendaftar SNMPTN,saat itu aku benar-benar ingin masuk filsafat tapi aku malah pilih jurusan lain di SNMPTN dan alhamdulilah belom rezekinya kemudian aku ikut seleksi mandiri di UIN sunankaliajaga,dan jreg-jreg-jreng aku lolos,aku merasa saat itu aku seperti mencapai langit.Yang menarik adalah ketika itu dunia tengah digegerkan oleh virus corona,virus tersebut menyebabkan perintah stay at home,sekolah dan berbagai public space di tutup,UN dihapuskan bahkan sampai detik ini virus tersebut masih belum menghilang dari muka bumi.Ahir Semester 2 kelas 12 aku habiskan di rumah,belajar dari rumah.Tapi yang paling menyedihkan adalah perpisahan dari rumah alias wisuda daring,aku sedih bukan kepalang.Membayangkan perpisahan dengan teman-teman yang telah membersamaiku 3 tahun,mengarungi suka duka bersama,mengerjakan PR bersama,pengajian kelas dan ujian bahasa jepang bersama,hiragana katakana juga moment-moment lainya yang susah dilupakan,hal itu hanya dibalas dengan perpisahan lewat youtube atau ucapan haru lewat WA,tapi aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan sebab hidup musti terus berjalan,aku hanya berdoa semoga mereka dapat mencapai suksesnya masing-masing dan dimudahkan segala urusannya,amiin.

Sejatinya tulisan ini kubuat dalam rangka mengenang perjalanan hidup dari kecil sampai SMA,sebab aku benar-benar sadar bahwa puncak kebahagiaan adalah masa sekolah,ada banyak kisah-kisah menarik,penuh makna yang akan susah dilupakan dan apabila kita tua nanti ingatan-ingatan tentang sekolah akan memberi nuansa tersendiri,seperti yang kualami saat ini,kalo boleh jujur aku sama sekali tak pernah merasa menjadi mahasiswa di UIN sunankalijaga,hatiku masih terpaut di MAN 3 BANTUL,sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkanku kiat-kiat mengarungi kehidupan,membantuku mengadapi badai dan memberiku mutiara kehidupan yang abadi.Kalo mau ditarik panjang sejatinya moment paling indah dalam kehidupan manusia adalah pada masa sekolah,saat sekolah kita benar-benar merasakan arti persahabatan,kebersamaan dan kesetiakawanan.Hal itu tidak bisa dinilai dengan uang atau emas,saya berani jamin bahwa apabila disuruh mengulang kehidupan pasti manusia akan memilih masa dimana ia masih sekolah sebab masa tersebut merupakan perjalanan yang penuh cahaya.

[Tamat]

Comments

Popular posts from this blog

Temenmu Sudah Nikah Kamu Kapan

The History and Contribution of Philosophy in Islamic Thought